Salam sukses dan mulia!. Pembaca blog www.dodypurwanto.com yang selalu bersyukur dan berbahagia, pada kesempatan yang berharga ini saya ingin menyampaikan sebuah informasi penting tentang dampak buruk amarah bagi kesuksesan hidup yang ingin kita raih. Dengan harapan Anda dan saya dapat menikmati hidup dalam suasana yang rukun, tenteram, dan damai.
Hidup adalah pergantian berkesinambungan antara masalah dengan solusi, antara kesenangan dengan kesusahan, antara panas dengan dingin, antara gelap dan terang. Saat siang hari kita bisa menikmat terang benderangnya dunia, dan saat malam hari kita pun semestinya bisa menikmat secuil cahaya yang menyembul romantis di dalam gelapnya malam.
Baca Juga : CARA JITU UNTUK MENJADI KAYA
Susah dan senang menampilkan reaksi yang berbeda-beda pada setiap individu. Ada yang bereaksi secara wajar sebagaimana adanya, namun ada juga yang mengeluarkan reaksi berlebihan yang sesungguhnya tak memberikan manfaat apapun pada dirinya. Ketika susah maupun senang sejatinya kita tak perlu membuang energi secara percuma dengan menunjukkan reaksi yang berlebihan.
TAWA DAN TANGIS SEWAJARNYA, SYUKUR SEBANYAK-BANYAKNYA
Saat diberi kesenangan jangan lantas kita hiasi dengan tawa yang berlebihan, begitupun saat ditimpa kesusahan kita tak perlu terlalu larut dalam tangisan. Agama menuntun kita untuk bersikap wajar dan bijak dalam mensikapi kesusahan maupun kesenangan. Manusia lebih baik memperbanyak bersyukur dan ikhlas menerima apapun yang dianugerahkan Tuhan. Baik itu kondisi lapang maupun kesempitan.
Lepaskan Ketegangan dan Amarah!
Manusia akan mudah marah ketika dirinya sedang dirundung susah atau masalah. Ketegangan yang melanda otot dan pikiran sangat rentan melahirkan perilaku tak terkontrol dan diiringi kata-kata tak pantas yang secara reflek sering muncul secara membabi buta. Saat amarah melanda manusia, pikiran jelas sedang tak bisa berfikir jernih. Akibatnya keadaan menjadi semakin tegang dan menakutkan sepanjang harinya.
Jalaluddin Rumi pernah memberikan kalimat bijaknya yang berbunyi: "Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang". Ini bisa sedikit memberikan gambaran kepada kita bahwa amarah sejatinya bukan merupakan "hal-hal unggul" yang menjadi fitrah dan pembeda manusia dibanding makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
BELAJAR DARI KISAH M dan N
Saya punya cerita nyata tentang dua orang tetangga saya yang dulu pernah tinggal di sebuah kontrakan yang sama (kini salah satu dari mereka sudah pindah). Sebut saja mereka dengan inisial M dan N. M dan N dulunya merupakan teman kerja satu PT yang sangat akrab dan boleh dibilang mirip sahabat karib. Sampai-sampai M dan N dengan mudahnya pinjam/meminjam uang dan sering bepergian bersama.
Waktu berlalu dengan cepat dan tibalah saat yang kurang menyenangkan terjadi pada hubungan pertemanan mereka. Entah apa yang menjadi masalah utama penyebab retaknya persahabatan mereka (dan menurut saya bukan suatu masalah yang besar). Tapi masalah sesungguhnya muncul ketika M dan N menjadi semakin tegang dan sering terlibat cekcok satu sama lain. Tak jarang mereka semakin mahir menyebutkan nama-nama satwa yang ada di Kebun Binatang Ragunan.
Baca Juga : HIDUP BERAWAL DARI MIMPI
M dan N terlihat sangat marah saat saling beradu argumen kasar yang terdengar jelas oleh tetangga kontrakan lainnya. M dan N bahkan sudah berkali-kali diajak duduk bersama, bahkan sampai Pak RT turun tangan pun mereka tetap tak bisa dan enggan memenuhi janji untuk senantiasa menjaga ketertiban dan kedamaian di kontrakan.
M dan N kini telah menjadi "musuh abadi" sampai waktu yang saya tak tahu kapan berakhirnya. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa setelah N pindah dari kontrakan, M masih juga bersitegang dengan O yang merupakan tetangga kontrakannya juga.
AMARAH HARUS DIREDAM, BUKAN DILUAPKAN!
Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah nyata diatas membuktikan bahwa amarah bukanlah cara yang pas dalam mensikapi suatu masalah. Marah yang benar adalah marah disaat yang tepat, pada orang yang tepat, situasi atau alasan yang tepat, dan para ahli psikologi pun mengakui bahwa ini tetap sulit untuk dilakukan. Orang yang sedang marah lebih banyak menampilkan perilaku buruk yang tidak terkontrol bahkan sering membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.
Baca Juga : 5 CARA AMPUH MENGUSIR RASA MALAS
Pembaca yang selalu bersyukur dan berbahagia, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan yang apik bahwa amarah harus diredam dan bukan untuk diluapkan. Ketegangan dan amarah merupakan "satu paket" keadaan yang tak boleh dilakukan saat masalah, perbedaan pendapat hadir sebagai konsekuensi kehidupan. Lepaskanlah ketegangan dan amarah, nikmatilah hidup sebagaimana adanya!. Semoga bermanfaat.
Amarah yang tidak terkontrol akan membawa bencana. Dan memang amarah itu sifatnya binatang buas, lihat saja jika orang sudah marah, inginnya hantam dan kalau perlu bunuh.
BalasHapusCollin down with wudhu...
Hapus"AMARAH HARUS DIREDAM, BUKAN DILUAPKAN", tapi ada juga opini di luar sana yang menyatakan amarah harus diluapkan dengan cara yang tepat supaya plong..
BalasHapusKalau saya amarah harus diredam, bukan dipendam :D
BalasHapusKalau dipendam itu malah makin bahaya.