Puisi - Tangisan Senja

21.42

Puisi - Tangisan Senja



Tangisan senja luruhkan rasa yang merantai hati,
menggunung bersama ombak,
mencari pantai tuk sandarkan diri...

Tangisan senja meretas lirih,
sayup-sayup melaju,
merayap sesak bersama lantunan tasbih...

Pada siapakah rasa ini kan kutambatkan?
Kapankah kehangatan kan merajai lorong-lorong sepi,
yang tergeletak pasrah pada ruang hampa di hati?

Bertahun-tahun menanti sebuah jawaban,
saat kerinduan berbaur sempurna dengan azas penciptaan...

Lalu sejenak ia pun terhanyut,
pada harumnya bunga di taman penuh warna,
bersama bidadari mungil yang menari-nari...

Tangisan Senja pun semakin "mrebes mili",
lambungkan harapan akan kalimat suci,
yang kan terdengar oleh para "penghuni langit...

Sesaat kemudian ia pun tersenyum,
bersama rasa yang semakin merintih penantiannya,
dan ia pun bertanya:
"Nak...kapankah engkau akan terlahir di dunia?"

[Sukapura; Kamis, 29 November 2018; 21:39]
Previous
Next Post »

7 komentar

  1. " Yang tertinggal selepasnya hanyalah Percikan Rindu yang tak kenal Buntu, bermukim entah sampai kapan, tiada kenal lelah meski teriris parah. Disana mereka temukan kenyataan bahwa Jingga itu tak pernah berjanji bila esok akan tetap seperti ini jua.
    .
    Gelora rindu sungguh tak tahu-menahu seberapa besar batin terbeban, setajam apa belati menikam, hingga pada akhirnya, Tarikan nafas diujung senja yang menyadarkan tentang realita yang semestinya adanya.
    .
    Dimana lagi aku akan temukan Muka Riang itu, padahal berpaling dari kenyataan sungguh jahat me'raibkan kalbu ?
    .
    Namun disini, detik ini, ditempat ini,
    Kutitipkan sisa-sisa Rindu bersama berlalunya Mentari ke ufuk hari, bahwasanya kesenantiasaanku akan penantian tak pernah murung meski terik sepanas gurun, kesabaran tak pernah padam walau Belati tikam mencekam.. " ~Uda Wiky
    .

    Tentang_Rindu_dan_Kepergian
    (18 November 2017 silam)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap betul Sobat Wiki. Ternyata seorang pujangga juga...hehehe

      Hapus
  2. Semoga ruang hampa di hatinya segera terisi ... eh ... :D

    BalasHapus