Tengkleng Djowo Mbah Sum Pabuaran Purwokerto

11.07

Rindu Menikmati Tengkleng Djowo Mbah Sum

Apakah Anda penggemar makanan olahan dari daging kambing? Ada beberapa menu kuliner khas olahan daging kambing yang cukup terkenal dan digemari di Indonesia. Diantaranya ada sate, gulai, tongseng, tengkleng, dan lain sebagainya.


Kalau saya, jujur saja menyukai hampir semua olahan daging kambing tersebut. Apalagi sate kambing, minimal seminggu sekali saya menyantap menu makanan gurih dan nikmat ini.

Nah, kebetulan saya pernah mencoba menu olahan daging kambing lainnya. Yakni makanan yang namanya Tengkleng. Yang dimasak mirip rica-rica, namun dengan citarasa manis yang lebih dominan.

Menikmati Tengkleng Mbah Sum Di Pinggir Kali

Jika kebetulan Anda tengah jalan-jalan ke daerah Purwokerto, tepatnya di sebelah utara Universitas Jenderal Sudirman, Anda dapat mampir di cafe di pinggir kali di daerah Pabuaran, Kota Purwokerto.

Sore itu hujan deras mengguyur Kota Purwokerto. Saya bersyukur bahwa saat itu saya sudah berada di dalam cafe untuk memesan Tengkleng yang kata orang rasanya luar biasa.

Pemandangan sekitar yang berada persis di pinggir kali membuat kita seolah-olah berada di dunia bawah tanah. Terlihat jelas kendaraan-kendaraan yang melintas diatas jembatan.

Menemani Sang Bos Yang Hobi Makan

Singkat kata singkat cerita Tengkleng yang sudah kami pesan pun tiba. Bos saya tampaknya sudah tak sabar ingin mencicipi Tengkleng yang katanya lezat dan nikmat.

Setelah menghabiskan beberapa potong Tengkleng, Si Bos menyuruh saya untuk melanjutkan menghabiskan Tengkleng yang saya lihat masih tersisa banyak. Sementara Si Bos lebih memilih menghabiskan waktu sembari menyruput secangkir mungil kopi.

Menikmati Tengkleng Djowo Mbah Sum

Kesempatan emas ini tentu tidak saya sia-siakan. Sepiring nasi yang sedari tadi terdiam lugu, berteriak ingin dibelai dan disantap. Hasilnya keringat deras mengucur dari semua penjuru pori-pori wajah saya.

Tak rugi rasanya mengunjungi Tengkleng Mbah Sum Paburan, Purwokerto ini. Pas banget rasanya, dan tak ada kekurangan karena racikan bumbunya begitu pas dan menyatu dengan makanan.


Satu kekurangannya, yakni Si Bos hanya memesan satu piring/porsi saja. Coba kalau dua piring, pasti lebih joss lagi. Untung saja Si Bos makan Tengklengnya dikit, jadi sisanya masih banyak. Alhamdulillah saat ini saya benar-benar rindu. Kapan bisa menikmati Tengkleng Mbah Sum lagi?. Corona oh corona, enyahlah kau dari bumi Nusantara.
Previous
Next Post »
0 Komentar