Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh, Wajah Ekonomi Bangsa

09.06

Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh, Sebagai Gambaran Wajah Ekonomi Bangsa

Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Itu adalah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan kondisi ekonomi bangsa Indonesia saat ini yang dapat kita saksikan dan lihat dengan mata kepala sendiri. Sebuah keadaan yang cukup berbahaya bagi masa depan anak bangsa.

Bahwa semakin tahun ekonomi kita semakin tertinggal bahkan tertinggal oleh negara-negara tetangga yang tergabung dalam kawasan Asean. Dunia bisnis berjalan sendiri-sendiri tanpa ada arah yang jelas. Tanpa ada riset pasar yang mendalam, dan seringkali para pelaku usaha bermain pada bisnis yang sudah cukup jenuh alias memiliki persaingan yang cukup besar.


Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh
Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh

Wirausaha sejatinya menjadi salah satu jawaban dari permasalahan ekonomi di negeri ini. Karena semakin banyak muncul wirausahawan baru, semakin besar pula kebutuhan tenaga kerja sehingga dapat dirasakan dampak langsungya yakni berkurangnya jumlah pengangguran.

Kita tentu turut prihatin melihat begitu banyak generasi muda yang sedang menjalani masa-masa produktif, menjadi tidak berdaya ketika mendapati sebuah kenyataan bahwa mencari kerja itu sangat sulit, dan kalaupun ada biasanya gaji atau salary yang didapatkan tidak sesuai Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku.

Baca Juga : Kekuatan Maritim Indonesia, Potensi Besar Yang Perlu Dibangun

Disini kita bisa memberikan benang merah bahwa Indonesia cenderung "kurang menghargai" jerih payah atau keringat seseorang. Namun sayang, menjadi seorang wirausahawan di Indonesia tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Baca Juga : Kopi Hitam - Adalah Lagu Wajib Nasional Menyambut Pagi

Usaha atau bisnis yang membutuhkan perizinan selalu terkendala akibat pelayanan yang buruk dari pemerintah dan regulasi yang memberatkan para pengusaha. Belum juga bisnis berjalan dan menghasilkan laba, tapi pengusaha dirugikan karena pelayanan perizinan yang lamban dan berbelit-belit.

Dibutuhkan Kebersamaan Dalam Membangun Prekonomian Bangsa

Pelayanan satu atap atau one system service tampaknya hanya menjadi slogan belaka. Kita tentu prihatin ketika mendengar pemerintah pun "gagal" dalam mengelola badan usaha miliknya sendiri. Pola pikir "dengan memudahkan urusan orang lain, maka Tuhan pun akan mempermudah urusan kita", tampaknya belum dipahami dan diterapkan dengan baik dalam melayani masyarakat.

Toh nantinya jika semakin banyak pengusaha yang sukses, maka negara ikut diuntungkan dengan berkurangnya jumlah pengangguran dan meningkatnya pendapatan negara dari sektor pajak. Ditengah situasi ekonomi yang serba tak pasti seperti sekarang ini, kita melihat ada banyak orang yang menjalankan bisnis dengan model yang sama, dengan komoditas atau produk yang sama, namun semua itu dilakukan sendiri-sendiri.

Baca Juga : Sebuah Mall Mewah Ada Di Desa

Alhasil, ada yang usahanya berjalan lancar, ada pula yang sepi pengunjung. Pertanyaannya adalah kenapa dengan produk yang sama harus dilakoni sendiri-sendiri? Bukankah dengan menyatukan usaha masing-masing ke dalam suatu wadah koperasi misalnya, penjualan bisa terjadi peningkatan dengan syarat mematuhi peraturan atau kesepakatan yang dibuat bersama.

Memang kita akui bahwa budaya berorganisasi yang dilandasi rasa kepemilikan bersama, saling membantu, dan berpegang pada prinsip "maju bersama" masih belum menjadi kebiasaan positif masyarakat kita. Kita lupa bahwa kita sedang dijajah "sistem ekonomi" asing yang datang ke Indonesia dengan melalui korporasi besar-besaran dengan ikatan organisasi yang luar biasa solid.

Sistem seperti ini tentu saja tidak akan mampu kita bendung seandainya kita cenderung menjalankan bisnis sendiri-sendiri. Sikap "individual" dalam bisnis hanya akan merugikan dan lambat laun, bisnis yang "tercecer" ini akan lemah menghadapi korporasi solid tersebut. Jadi, prinsip "berjamaah" dalam bisnis harus mulai diterapkan agar bangsa kita bisa lebih maju dalam perekonomian. Semoga.

[Sumber Gambar : ketikketik.com]
Previous
Next Post »
0 Komentar