Kota Bandung, Sebuah Kenangan Selepas SMU

11.37

Kota Bandung Menjadi Sebuah Kenangan 20 Tahun Silam

Kota Bandung, memiliki segudang cerita yang tak mungkin saya lupakan. Sebuah perjalanan waktu yang kini terasa cepat berlalu. Saat pertama kali mengunjungi kota Bandung umur saya adalah 18 tahun. Masa dimana saya membutuhkan pekerjaan di tengah kebimbangan. Apakah akan melanjutkan pendidikan (kuliah) atau mencoba mengadu nasib di kota Bandung.

Bandung menjadi kota yang menarik untuk dikunjungi. Pertumbuhan ekonomi kota yang dikenal dengan julukan "Paris Van Java" ini semakin pesat. Untuk menuju kota bandung pun kini membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama jika menggunakan kendaraan pribadi.

Kota Bandung, Sebuah Kenangan Selepas SMU
Kota Bandung, Sebuah Kenangan Selepas SMU

Ada 26 taman tematik di Bandung yang bisa dimanfaatkan warga. Bisa untuk sarana bermain anak-anak, sarana olahraga, maupun aktifitas positif lainnya. Bandung kini semakin cantik, namun juga semakin padat kondisi lalu lintasnya.

Apalagi bagi warga Ibukota yang ingin pergi ke Bandung melalui jalan tol. Butuh waktu rata-rata 7-10 jam dari Jakarta ke Bandung. Terutama saat akhir pekan, berbagai sudut kota Bandung akan penuh sesak. Karena kini, berbagai tempat wisata menarik banyak tersedia di kota kembang ini.

Mencari Pekerjaan Di Kota Bandung

Koran lokal Jawa Tengah hari itu hampir selesai seluruhnya saya baca. Penglihatan saya tertuju pada kolom iklan lowongan kerja. Saya amati dengan seksama setiap lowongan yang tertulis di koran itu. Ada satu yang menarik perhatian saya, yakni sebuah lowongan kerja yang ditulis oleh sebuah perusahaan swasta di Kota Bandung.

Walaupun sebenarnya saya belum begitu paham pekerjaan apa yang akan saya jalani jika diterima menjadi karyawan. Saya berdiskusi dan memohon restu kepada kedua orang tua saya. Saya katakan bahwa mencoba untuk merantau ke kota lain adalah kewajiban moral yang harus dijalani untuk bisa hidup mandiri.

Bus Budiman Bandung - Purwokerto
Bus Budiman Jurusan Bandung

Saat itu ayah dengan berat hati melepas kepergian saya dengan bekal dan ongkos seadanya. Perasaan ibu mungkin lebih peka dan pastinya merasa khawatir dan sedikit kehilangan. Kebetulan ada tiga orang teman saya yang sudah lebih dahulu merantau di kota Bandung.

Dua orang kuliah di tempat yang berbeda, dan satunya lagi sudah bekerja. Dan bus Budiman jurusan Purwokerto-Bandung mengantarkan saya pada perjalanan pertama meniti takdir dan impian. Berharap dan berdoa agar semuanya berjalan lancar dan selamat.

Hari Pertama Di Bandung

Kondisi yang berbeda saya rasakan setelah sampai di kota kembang ini. Jalanan tampak padat merayap diiringi deru suara klakson angkutan umum bercat hijau. Tujuan saya adalah sebuah tempat di Bandung utara dekat kawasan Dago.

Disana teman-teman SMU saya ngekost di sebuah rumah yang terdiri dari satu kamar namun memiliki ruang tamu yang luas memanjang. Sambutan hangat saya dapatkan ketika sampai di kos-kosan tempat markas teman-teman saya, karena memang mereka adalah sahabat baik sewaktu sekolah.

Rasito (almarhum) dan Bambang sering berkumpul dan menginap saat akhir pekan sewaktu belajar di salah satu SMU negeri di kota Purwokerto. Kami bercanda dan saling berbagi cerita. Secara kebetulan pula, pada waktu itu kami adalah pemuda-pemuda bujang yang belum "laku di pasaran" alias kami semua adalah lelaki jomblo.

Bekerja Menjadi Tukang Service Kompor Gas

Mencari kerja di tahun 1999 ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Setelah berkali-kali keluar masuk kantor, tidak ada satupun yang mau menerima saya sebagai karyawan. Dan untuk mengisi waktu luang saya dengan senang hati ikut teman saya Martin yang menjadi tukang service kompor gas.

Setiap hari kami harus berkeliling dari satu perumahan ke perumahan lain dengan berjalan kaki. Alhamdulillah, walaupun kecil tapi uang hasil jerih payah kami bisa untuk makan sehari-hari. Ini saya jalani selama kurang lebih satu bulan.

Baca Juga : 5 Prinsip Ampuh Untuk Meraih Kesuksesan

Sebuah pengalaman pertama dalam bekerja mencari sesuap nasi. Bahwa ternyata untuk bisa bertahan dan tinggal nyaman di Bandung kita harus memiliki keterampilan yang mumpuni. Bukan sekedar untuk coba-coba, alias mengadu untung saja.

Kembali Pulang Ke Purwokerto

Setelah dirasa tidak ada perubahan seperti yang diharapkan, maka saya putuskan untuk pulang kembali ke Purwokerto mengingat uang persediaan saya dari kampung juga hampir habis. Memang dari awal sudah saya rencanakan, jika dalam satu bulan tidak juga mendapat kerja, maka saya akan kembali pulang ke kampung halaman.

Sesampainya di kampung halaman, ibu menyambut dengan perasaan kangen yang luar biasa mengingat saya adalah anak pertama dari tiga orang bersaudara. Bagi ibu, ini adalah kali pertama merasakan sepinya ditinggal anaknya merantau.
Dia bercerita bahwa kalau sedang memasak selalu ingat akan diri saya. Hikmahnya adalah betapa keluarga adalah bagian penting dari kehidupan yang harus kita jaga dan syukuri. Bandung akan selalu menjadi kenangan. Hawa dingin dan suasana kota menjadi hal yang selalu tercatat rapi dalam hati. Sebuah perjalanan yang akan terus berlanjut sampai mata terpejam untuk selama-lamanya.

Baca Juga : Destinasi Wisata Jepang - Gemerlap Aura Kemewahan Di Ginza

Demikianlah cerita singkat pengalaman saya tinggal selama 30 malam di kota Bandung 20 tahun yang silam. Alhamdulillah, kini saya sudah menetap di Jakarta sejak tahun 2009, dan menjalani pekerjaan yang penuh berkah sebagai tenaga pendidik di sebuah sekolah swasta. Salam sukses selalu.
Previous
Next Post »
0 Komentar