Puisi Cinta Sedih - Luntur
Gambar : munthu.com
Yang tersisa hanyalah secuil kisah,
dari legenda usang pada detik-detik kadaluarsa,
hanya lukisan jejakmu,
tercecer di padang tandus...
dari legenda usang pada detik-detik kadaluarsa,
hanya lukisan jejakmu,
tercecer di padang tandus...
Yang tiba-tiba menjadi "makhluk" yang tak pernah diam,
bukanlah kehendak murni hatinya,
tapi asanya tlah terampas,
terhempas oleh dinding-dinding berlumut,
menatap wajah mungilnya,
begitu ganas, buas, dan beringas...
menatap wajah mungilnya,
begitu ganas, buas, dan beringas...
Yang tersisa hanyalah "seutas" warna yang tersenyum getir,
bagaikan rumah yang ditinggalkan penghuninya,
oh betapa sepinya,
tak ada bebauan merambat,
bagaikan rumah yang ditinggalkan penghuninya,
oh betapa sepinya,
tak ada bebauan merambat,
merayap,
mengendus-endus udara yang tersipu malu,
oh betapa rindunya...
oh betapa rindunya...
Baca Juga : PUISI - RISALAH KERINDUAN
Kucoba tuk merangkai pijaran bayangmu,
yang bertaburan,
yang bertaburan,
memercik semrawut pada lantai yang tak lagi berselimut,
dengan warnanya yang semakin luntur,
pergi meninggalkan warna aslinya,
meski harus kutempuh,
dengan warnanya yang semakin luntur,
pergi meninggalkan warna aslinya,
meski harus kutempuh,
jalan setapak yang berduri,
dan kadang berpapasan pada tikungan yang terjal dan curam...
dan kadang berpapasan pada tikungan yang terjal dan curam...
Baca Juga : PUISI - MATA MATA MANJA
Janganlah jatuh pada lubang yang sama,
karna kuharap engkau kan slalu mengerti,
setelah keyakinan rasa tak sekuat dulu lagi,
dengan warna yang tak lagi sama,
sudah!, sudahlah sudah!,
lebih baik malam ini kau tak usah datang....
karna kuharap engkau kan slalu mengerti,
setelah keyakinan rasa tak sekuat dulu lagi,
dengan warna yang tak lagi sama,
sudah!, sudahlah sudah!,
lebih baik malam ini kau tak usah datang....
[Jakarta; 03 Maret 2015; 13:09 WIB]
Salam kunjungan dan follow disini ya :)
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung Sobat :)
Hapus