Puisi - Tania

11.20

Puisi - Tania


Puisi - Tania
Puisi - Tania

Tania,
Kumandang Adzan maghrib memanggil kita kembali,
tuk sejenak melupakan canda dan tawa,
sucikan raga dan rasa,
menawar senja yang merona dengan kasih yang abadi...

Tania,
Sapamu di penghujung senja,
melekat manja pada daun telinga,
begitu lembut dan renyah,
hingga getarnya senantiasa menggema,
melenggak-lenggok mesra,
pada tekstur gempil pipimu...

Tania,
Lihatlah lukisan di dinding rumah Eyang itu,
terpatri sebuah cerita,
tentang aku dan dia,
dia yang selalu resah ketika engkau menangis,
dan dia yang setia menghapus laparmu,
menghalau gerimis meski batinnya seakan teriris...

Tania,
Siang itu aku begitu cemburu,
bercampur amarah yang teramat menggebu,
mengikis kerinduan yang tersusun indah di dalam kalbu,
merantai hasrat dalam cengkeraman nafsu...

Tania,
Meski mawar merah ini terlanjur layu,
simpanlah cerita tentang senja yang berujung sendu,
tentang dia yang pernah singgah mengisi ruang-ruang kosong di hatiku...

[Sungai Bambu; Senin, 21 Januari 2019; 10:51 WIB]

Baca Juga : PUISI - PUJANGGA MAYA
Previous
Next Post »

2 komentar

  1. Tania yang kiri apa yang kanan mas ? 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah...itu dia saya bingung kalau kanan atau kiri.
      Tania yang lagi melirik, yang sebagian wajahnya nggak kesorot sinar matahari. Kalau dari arah orang yang difoto ya yang kanan Bang Day...hehehe

      Hapus