Anak Jakarta Punya Cerita - Bagian 1

23.51

Anak Jakarta Punya Cerita - Bagian 1

Anak Jakarta Punya Cerita adalah satu tema artikel yang ingin saya tuliskan. Sebagai bentuk atau katakanlah pengamatan sederhana yang sering saya lakukan terhadap kehidupan anak-anak Jakarta. Sebagai seorang tenaga pendidik di salah satu sekolah swasta di Jakarta Utara, membuat saya setiap saat berhubungan langsung dengan kehidupan anak-anak Jakarta khususnya yang bermukim di wilayah Jakarta Utara.

Karena saya mengajar di dua jenjang pendidikan sekaligus, yakni SMP dan SMK. Hal itu membuat saya memiliki "sample" yang terbilang lengkap jika dipandang dari sudut penelitian ilmiah. Sehingga saya memiliki semacam kesimpulan yang InsyaAllah 99 persen mendekati kenyataan sebenarnya dari kehidupan anak-anak Jakarta yang saya maksudkan.

Anak Jakarta Punya Cerita - Bagian 1
Warga Kolong Tol Di Penjaringan, Jakarta Utara

Bukanlah bermaksud untuk memberikan stigma "tidak baik" kepada sebagian anak-anak Jakarta yang akan saya ceritakan. Tetapi lebih kepada membangun kesadaran bersama. Bahwa kita tidak boleh tinggal diam dan membiarkan anak-anak Jakarta tumbuh berkembang tidak baik. Atau tidak seperti yang kita harapkan selama ini. Karena bagaimanapun juga mereka adalah calon-calon pemimpin bangsa yang akan turut serta mewarnai dan mempengaruhi maju-mundurnya sebuah peradaban di Nusantara tercinta ini.

Berawal Dari Rumah Tempat Tinggal Keluarga

Tidak semua anak-anak Jakarta yang beruntung. Yakni orang tua yang punya tempat tinggal yang layak, aman, dan nyaman bagi mereka. Rumah adalah hal yang terbilang mewah, sangat berharga bagi penduduk Jakarta. Dan harga rumah di Jakarta rata-rata berada diluar jangkauan penduduk Jakarta, jika ingin membelinya.

Sebagai gantinya, maka orang tua anak akan mengontrak rumah. Kadang ada satu keluarga yang dari orang tua, anak, sampai cucu-cucunya seumur hidup harus tinggal dengan cara mengontrak. Hal ini sebagai akibat dari mahalnya biaya hidup di Ibukota, ditambah lagi dengan kenyataan pahit bahwa orang tua belum bisa keluar dari permasalahan ekonomi.

Ada satu solusi untuk memiliki rumah. Yakni dengan membeli melalui fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), terutama untuk KPR subsidi dengan cicilan yang terbilang ringan. Dan lokasi perumahan ini memang agak sedikit jauh dari Ibukota, yakni berada di wilayah Bekasi, Cikarang, atau wilayah lainnya di Provinsi Jawa Barat.

Resikonya, anggota keluarga harus mengikhlaskan waktu tempuh perjalanan yang lebih lama. Jika tidak tahan, maka kemacetan lalu lintas akan membuat kita frustasi. Terutama pada jam-jam pulang kerja dimana kondisi lalu lintas sedang macet parah. Namun, jika ikhlas dan terbiasa, maka ini dapat menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga.

Kenyataan Pahit Hidup Sebagai Tunawisma

Sebuah kenyataan pahit yang harus dialami sebagian penduduk Jakarta adalah bahwa mereka terpaksa harus tinggal di tempat-tempat yang peruntukkannya sebenarnya bukan untuk rumah tempat tinggal. Ini adalah satu-satunya pilihan hidup yang harus diambil karena kondisi perekonomian keluarga yang terbilang tidak mampu.

Jangankan untuk mengontrak rumah. Untuk makan sehari-hari pun sebagian warga Jakarta berusaha semampunya mengais rezeki, meski penghasilan harian kadang datang dengan tidak pasti. Apapun itu asalkan halal dan tidak merugikan orang lain.

Dengan resiko penggusuran atau pengusiran yang bisa sewaktu-waktu terjadi, mereka beranikan diri mendirikan bangunan non-permanen di tempat-tempat seperti kolong tol, dibawah jembatan layang, di pinggiran kali. Tentu saja keselamatan anggota keluarga sering dipertaruhkan.

Dan diluar sana orang-orang "kaya" menyebut tempat tinggal mereka dengan istilah "gubuk-gubuk liar". Sebuah julukan menyakitkan jika mengingat bahwa sesama manusia itu harus saling mengerti dan memahami. [Bersambung .... ]

Sumber Gambar : megapolitan.kompas.com
Previous
Next Post »

4 komentar

  1. Kadang kasian ya kang, banyak orangkurang mampu, bergotong ryong ke jakarta untuk sekedar mencari sesuap nasi, sampai tidak punya rumah dan tempat tinggal. Semoga saja dapat diberikan yang terbaik untuk mereka yaa.. Amin ya robbal alamin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga warga Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia makin sejahtera dan memiliki rumah tempat tinggal yang layak ya teh Vika.

      Hapus
  2. Mungkin itu perlunya pemerataan pembangunan. Kalau semakin banyak kantor pusat perusahaan besar yang pindah ke pinggiran, dan semakin banyak perusahaan besar yang pusatnya di luar Jabodetabek, maka masyarakat luar Jakarta tidak perlu merantau, bahkan yang di Jakarta mungkin juga akan pindah ke luar Jakarta. Terus, pemerintah harusnya menerapkan pajak pintu, artinya semakin banyak propertinya, semakin tinggi pajaknya. Siapa tahu bisa paling tidak membuat harga rumah stabil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk pemerataan pembangunan saya setuju banget mba Dyah. Saat ini banyak pusat-pusat bisnis besar, pabrik-pabrik besar masih terpusat di kota-kota besar. Inilah yang menyebabkan ketimpangan dan timbulnya permasalahan sosial lainnya di perkotaaan. Memang kebijakan ekonomi harus digodog ekstra keras, ekstra matang, dan kalau bisa dipercepat, agar bangsa ini bisa semakin sejahtera dan bahagia...Aamiin.

      Hapus