Puisi - Tangisan Senja
Puisi - Tangisan Senja
Tangisan senja luruhkan rasa yang merantai hati,
menggunung bersama ombak,
mencari pantai tuk sandarkan diri...
Tangisan senja meretas lirih,
sayup-sayup melaju,
merayap sesak bersama lantunan tasbih...
Pada siapakah rasa ini kan kutambatkan?
Kapankah kehangatan kan merajai lorong-lorong sepi,
yang tergeletak pasrah pada ruang hampa di hati?
Bertahun-tahun menanti sebuah jawaban,
saat kerinduan berbaur sempurna dengan azas penciptaan...
Lalu sejenak ia pun terhanyut,
pada harumnya bunga di taman penuh warna,
bersama bidadari mungil yang menari-nari...
Tangisan Senja pun semakin "mrebes mili",
lambungkan harapan akan kalimat suci,
yang kan terdengar oleh para "penghuni langit...
Sesaat kemudian ia pun tersenyum,
bersama rasa yang semakin merintih penantiannya,
dan ia pun bertanya:
"Nak...kapankah engkau akan terlahir di dunia?"
[Sukapura; Kamis, 29 November 2018; 21:39]