Hanya Saat Musim Mudik, Daerah Merasakan Pemerataan Pembangunan

21.02
Salam sukses dan mulia!. Sobat sekalian yang selalu bersyukur dan berbahagia. Sekitar dua pekan lagi musim mudik lebaran tahun 2018 ini akan mulai semarak menghiasi daerah-daerah di seluruh penjuru tanah air. Mudik menjadi kultur yang "abadi" selama pembangunan "belum" sepenuhnya merata ke seluruh daerah di Indonesia.

Ketika pusat-pusat bisnis, pemerintahan, industri, hiburan, pariwisata, masih berada dan beroperasi di kota-kota besar, maka mudik akan menjadi "ritual" wajib masyarakat Indonesia. Artinya bahwa sejatinya orang Indonesia itu sangat cinta tanah air dan bangsa, cinta keluarga, dan cinta orang tua.
Kerinduan akan kampung halaman menjadi hal lumrah yang dialami masyarakat Indonesia. Ini memberikan "sinyal" bahwa sesungguhnya orang-orang Indonesia lebih merasa nyaman dan betah tinggal dan menetap di daerahnya masing-masing.

UANG ADALAH MOTIVASI PENDUDUK DAERAH HIJRAH KE KOTA
Lapangan pekerjaan yang "terbilang sedikit" di desa / daerah, menjadi faktor utama penduduk desa "hijrah" ke kota-kota besar seperti Jakarta dan tak sedikit pula yang harus "nguli" ke luar negeri. Semua dilakukan karena motif ekonomi yang sangat kuat, orang desa / daerah berharap bahwa kota bisa memberikan kehidupan (penghasilan) yang layak demi kesejahteraan keluarga.

Meskipun sejujurnya rumah di desa lebih nyaman dan luas, namun banyak orang desa yang rela tinggal berdesak-desakan di rumah kontrakan di kota demi bisa tetap bekerja dengan upah yang lumayan menurut versi mereka. Karena bagi "wong cilik" bekerja dengan cara yang halal meski harus "bersitegang" dengan aura kota yang kadang tak begitu ramah, adalah pilihan yang lebih baik.

OTONOMI DAERAH PERLU "SENTUHAN" BARU AGAR LEBIH BERDAYA GUNA
Dengan digulirkannya UU Otonomi Daerah seharusnya daerah punya kewenangan dan kemandirian yang lebih joss dari sebelumnya. Namun, jika secara administratif segala urusan masih terpusat di Ibukota, tentu menjadi kendala besar bagi daerah untuk memberdayakan dirinya.

Arti otonomi daerah sejatinya adalah bahwa pemerintah pusat memberikan kewenangan yang cukup mumpuni bagi daerah untuk menggelontorkan semua aspek perizinan yang akan diberlakukan di daerah. Sehingga para pelaku usaha misalnya, tidak perlu repot bolak-balik ke pusat untuk menyelesaikan urusan tertentu.

Toh kini kemajuan peralatan TIK sudah bisa diandalkan untuk membantu pemerintah pusat "mengawasi" dan membina daerah-daerah agar berkembang lebih pesat dan maju. Tinggal bagaimana caranya agar terbentuk sebuah sistem yang handal yang bisa "menghandle" setiap aspek dalam pembangunan di daerah.

MUSIM MUDIK = PEMASUKAN BESAR UNTUK DAERAH
"Ritual" mudik bagaimanapun juga memiliki manfaat yang besar untuk daerah. Semakin lama musim mudik berlangsung, semakin besar potensi pemasukan daerah. Bayangkan jika ada 100 ribu orang yang mudik ke suatu daerah selama satu minggu misalnya. Kemudian rata-rata para pemudik ini menghabiskan uang satu juta rupiah, maka daerah memiliki pemasukan 100 Miliar. Ini tentu sangat membantu daerah dalam mendongkrak kemandirian dirinya.

Sektor-sektor yang sering menjadi andalan daerah saat musim mudik diantaranya adalah pariwisata, perhotelan, kuliner, hiburan, cindera mata, oleh-oleh khas daerah, termasuk potensi jangka panjang ketika pemudik menginvestasikan uangnya pada sektor bisnis, properti, dan yang lainnya.

Agar semua berjalan optimal, maka daerah harus menyambut gembira kedatangan para pemudik di daerah asalnya masing-masing. Ibarat kata para pemudik ini para penyumbang devisa daerah yang harus diperlakukan dengan ramah dan memuaskan. Jadikan daerah menjadi destinasi yang ramah pemudik. Siapa tahu kelak mereka akan kembali ke desa dan siap membangun desa. Semoga bermanfaat dan salam sukses selalu!.

Hanya Saat Musim Mudik, Daerah Merasakan Pemerataan Pembangunan
Previous
Next Post »

6 komentar

  1. Jadi, kapan kita kemana nih? Buang uangmu buat daerah dong? Hihi...Jakarte di lawan...haha...

    Anyway, saya yang di desa, pun belum memahami maksud pemerintah dengan kata Kesejahteraan melalui program bantuan Dana Desa yang milyaran itu.

    Nyatanya, masih banyak orang desa yang hijrah cari penghidupan di Jakarte.

    Ya kaya elo itu Dod? Hihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang ajj, warung soto, warung bakso, tukang es dawet selalu saya "jatah"...hehehe.

      Hapus
  2. Pada mudik lebaran atau libur pajang, peredaran uang RI bisa merata, baik di kota maupun di kampung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Bang Hindro. Uang tidak mengendap di kota.

      Hapus
  3. Inilah salah satu hikmah dengan adanya hari raya lebaran. Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi ya gan. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga mudiknya makin berkah dan daerah bisa membangun lebih baik.

      Hapus