Hangatnya mentari perlahan menghilang,
pergi entah kemana dan tak seorang pun tahu,
apakah esok ia akan kembali lagi disini?
Dan tiba-tiba saja,
senyumku tertambat,
pada gadis di sudut ruangan,
yang slalu menawanku dengan tatap indahnya,
begitu bening, jernih, dan berkilauan...
Aku benar-benar tak rela,
melepas sekejap gelora yang bergemuruh manja,
seolah ingin mengikat takdir,
dan berusaha melupakan logika,
meradang bersama angan-angan semu...
Ingin kudekap keindahan,
yang terpancar mewah,
saat kedua kakinya mulai menari,
memecah kesunyian,
riuh menggema,
pada dinding-dinding lapuk,
di ujung gang sempit kota metropolitan...
Byarrr...
Sesaat ku terkejut,
Sesaat ku terkejut,
dan muridku hanya tertawa syahdu,
sambil berkata:"Pak...Sudah bel pulang, Sinta mau pamit dulu ya?".
[Sukapura; Minggu, 25 Maret 2018; 00:15 WIB]
Puisi - Muridku Seorang Biduan, Ilustrasi : gebeet.com
Lihat Juga : PUISI - RINDU YANG TAK TERGENGGAM
panjang puisinya
BalasHapusmuridnya kebelet pulang hehe
Hehehe...iya Bang. Karena hangatnya matahari juga mulai menghilang.
Hapusklu dihayati puisinya menjurus ke Dunia Khayalan Indah....
BalasHapusNamun Ide kreatif menulis patut diacungi jempol.... Top Pisan Ouy..... :)
tpi apa bener mas , ada muridnya yg berprofesi sebagai Biduan ?? :)
Hehehe...ada Kang Nata. Baru lulus tahun 2017 kemarin. Lulusan smk. Anaknya cakep dan baik perilakunya. Dia sekarang bergabung grup dangdut di Jakarta Utara. Nama saya samarkan...hehehe
HapusOh,
BalasHapusLamunan yang begitu indah ...
Sepertinya akibat terpesona sama wajah seseorang nih 😉
Yah...itulah rezeki sekaligus ujian laki-laki. Yakni "kenikmatan" memang wanita. Hehehe.
HapusSebenarnya kenapa saya focus ke Sukapura ya? sukapura mana tu? wah jangan-jangan kita tetangga.
BalasHapusHehehe...bisa jadi.
HapusHangatnya mentari akan menghilang, berati ini nulis puisinya pas senja...:)
BalasHapusMemang begitu mba Elin. Sekolah swasta di Jakarta Utara masih banyak yang masuk siang. Jadi pulangnya ya pas mau Maghrib.
Hapus