Doa Untuk Para Pencari Rezeki Halal

21.11
Hujan gerimis kembali merangkul bumi Jakarta. Harumnya hujan sangat terasa membasuh wajah. Sejenak saya ingin melihat tarian hujan di depan rumah. Saya bersyukur atas segala nikmat Tuhan atas rezeki yang Dia anugerahkan untuk saya dan keluarga. Karena sampai saat ini saya masih bisa merasakan lezatnya terong bakar dan sambel terasi kesayangan.

Rezeki yang Tuhan berikan beragam bentuk dan variannya. Mulai dari kesempatan, kesehatan, cinta, senyuman, keikhlasan, ketekunan, uang, dan berjuta anugerah lainnya yang tak mungkin bisa dilukiskan dengan kata-kata, suara, gerakan, atau "media" apapun di dunia ini. Bahkan kalimat bahagiapun tak sanggup menandingi rahmat-Nya yang tak terhingga dan tak terbatas. Sayang sekali, hanya segelintir insan yang memahami hal ini.

Saat sedang menikmati hujan, seorang tukang siomay lewat di jalanan depan rumah. Ia tampak sedikit lesu karena mungkin masih banyak dagangan siomay yang belum habis terjual. Kebetulan saya baru saja selesai menyantap makan malam dengan menu lezat olahan si bidadari cantik nan jelita. Jadi, rasanya tidak mungkin saya paksakan untuk membeli sepiring siomay.

Mencari Rezeki Yang Halal
(Gambar: banjarwangi.com)

Trenyuh, salut, dan bangga. Itulah ungkapan yang bisa saya berikan untuk lelaki si penjual siomay, yang saya tak tahu siapa namanya. Sebut saja ia dengan si Fulan. Saya hanya bisa mendoakan agar Yang Maha Memberi Rezeki senantiasa melindungi si Fulan, agar siomay yang ia jual segera habis dibeli orang. Semoga Tuhan juga menganugerahkan keikhlasan dan kesabaran untuk tetap istiqomah mencari rezeki yang halal bagaimanapun lelahnya.


Saya salut dan bangga melihat keteguhan, ketekunan si Fulan berjualan siomay sampai tengah malam. Semoga juga si Fulan selalu ingat pada Sang Pencipta, meskipun uang dari berjualan siomay hasilnya tak seberapa besar. Apalagi si Fulan ini menjajakan siomay hanya dengan sebuah sepeda dan hanya terlihat gerobak mungil yang ia bawa.

Saudaraku, sahabatku. Mungkin sebagian besar dari kita "bernasib" lebih baik dari si Fulan sang penjual siomay. Jika gaji bulanan kita berada di kisaran angka 3 juta rupiah, maka tidak ada alasan bagi kita untuk mengeluh. Karena si Fulan belum tentu mendapatkan penghasilan sebesar itu per bulannya. Inilah hikmah dari momen menikmati hujan di malam ini.


Insan-insan yang tetap istiqomah dalam mencari rezeki yang halal merupakan pahlawan bagi kehidupan di dunia yang hanya sementara ini. Si penjual siomay yang berdagang secara jujur dan ikhlas jelas beribu kali lebih mulia dibandingkan para "koruptor" yang terkesan populer dan berwibawa. Bahkan, menurut orang-orang shaleh, malaikat sering "menangis" atau "trenyuh" melihat kegigihan manusia yang tetap berjuang mencari rezeki yang halal. Para malaikat ini akan terus mendoakan untuk orang-orang seperti si Fulan.

Bersyukur, sabar, dan ikhlas adalah cara terindah menghadapi kehidupan yang kadang terasa sedikit pedih dan membuat kita kehilangan jati diri sebagai "makhluk terbaik" dibanding makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Meskipun kerikil dan duri-duri kecil kehidupan kadang membuat kita merasa diabaikan, tersisih dari keadaan yang kita impikan, tapi kita wajib untuk terus bersyukur.

Tetap berpegang teguh pada nurani. Yah...nurani adalah titik pertemuan romantis antara logika dan perasaan manusia. Jika logika dan perasaan sedang berjabat tangan sangat erat, maka disitulah letak nurani. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kesempatan kepada kita semua untuk memberikan dan melakukan yang terbaik untuk hidup yang mutlak untuk disyukuri.
Previous
Next Post »

4 komentar

  1. semoga mereka terus kukuh dan istiqomah meski rejeki sedikit yang penting berkah dan halal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Terima kasih atas kunjungan dan komentar Bang Abd Kadir Rusdi.

      Hapus
  2. yang halal akan menjadikan daging tumbuh dengan baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan perilakunya juga turut menjadi baik. Terima kasih Sobat atas kunjungan dan komentarnya.

      Hapus