Makanan
adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, mulai dari bayi sejak masih
dalam kandungan sampai anak-anak dan orang dewasa harus selalu terpenuhi
kebutuhan pangannya. Ajaibnya tubuh manusia mampu memberikan sinyal
berupa rasa lapar sebagai tanda bahwa tubuhnya harus menerima asupan
gizi yang cukup dari makanan dan minuman. Orang akan senantiasa sehat
dan bugar apabila kebutuhan pangannya terpenuhi dengan mempertimbangkan
motto "Empat Sehat Lima Sempurna".
Manis Gurihnya Bisnis Warteg
Tidak
semua orang punya cukup waktu untuk memasak makanan bagi anggota
keluarga. Rutinitas atau aktivitas pekerjaan seringkali sedikit memaksa
orang untuk membeli makanan di luar rumah. Apalagi di kota besar seperti Jakarta, hampir rata-rata keluarga yang suami dan istrinya bekerja tidak memiliki waktu untuk memasak semua kebutuhan pangan keluarga. Sehingga membeli makanan yang sudah matang menjadi kebiasaan yang tak bisa dihindari.
Ada banyak pilihan kedai dan
warung makan yang tersedia di sekitar rumah kita. Mulai dari warung mie dan bakso, rumah makan masakan Padang, restoran elit dan ekslusif, sampai keberadaan Warung Tegal (warteg) yang selalu menjadi favorit bagi masyarakat umum. Nah, warteg inilah yang sampai saat masih menjadi primadona masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah jika dilihat dari kemapanan ekonominya. Namun, banyak juga masyarakat kelas menegah ke atas yang sesekali menikmati makanan di warteg. Terlebih bagi mereka yang menyukai makanan tradisional yang tak tersedia di restoran mewah.
Siapa yang tak kenal dengan tempat makan turun temurun yang dikelola
bersama oleh anggota keluarga ini. Yah, warteg
menjadi tempat makan favorit karena menyediakan berbagai macam menu
masakan yang familiar bagi lidah orang Indonesia, terutama orang Jawa.
Menu makanan seperti semur jengkol dan petai adalah menu makanan yang
paling diincar pengunjung warung tegal atau warteg ini.
Warteg
menjadi pilihan banyak orang karena selain harganya yang relatif
terjangkau, bila kita makan di warteg kita akan disuguhi berbagai macam
menu masakan khas Indonesia yang sudah familiar di lidah. Di warteg ini
kita akan dengan mudah mendapatkan makanan seperti sayur asem, sayur lodeh, semur jengkol, urab atau kluban, dan berbagai menu lainnya yang membuat lidah bergoyang. Maka dari itu pada jam-jam tertentu terutama pada waktu makan siang warteg selalu ramai dikunjungi.
Inilah yang menyebabkan pemilik bisnis warteg mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari usaha warteg
yang dikelolanya. Sebagai contoh pada waktu musim banjir bulan Maret tahun 2016,
ada beberapa warteg di daerah Jakarta Utara yang sangat ramai dikunjungi warga yang kelaparan karena tidak
memungkinkan untuk memasak pada saat rumahnya sedang kebanjiran.
Warteg Di Jalan Sungai Bambu Raya, Jakarta Utara
Begitu juga seperti yang terjadi di salah satu warteg yang beralamat di
Jalan Sungai Bambu Raya, Jakarta Utara. Warteg yang dikelola oleh
keluarga asal Pemalang dan sekitarnya ini selalu ramai dikunjungi
pengunjung yang ingin menuntaskan hasrat kulinernya. Karyawan perusahaan Astra yang sebagian besar berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur mengidolakan warteg karena harganya yang super ekonomis.
Pernah
suatu ketika pada jam makan siang setelah kaum muslim menunaikan ibadah Salat Jum'at, warteg yang buka 24 jam ini diserbu dan
dibanjiri oleh sekitar 30-an pengunjung dalam waktu yang bersamaan. Bisa
dibayangkan penuh sesaknya ruang warteg yang hanya berkapasitas 15
tempat duduk. Dan biasanya pengunjung akan datang silih berganti sampai
jam 12 malam. Hemm...jadi ngiri pingin punya bisnis warteg yang laris
manis dan dibanjiri pengunjung.
Untuk melancarkan aktivitas bisnisnya, pemilik bisnis warteg
pada umumnya memperkejakan 5 sampai 7 orang, 3 orang untuk melayani
tamu dan sisanya diberi tugas untuk memasak dan belanja kebutuhan bahan
baku makanan di pasar. Jumlah pekerja sebanyak ini sebanding dengan jumlah konsumen
yang mampir di warteg yang membuka usahanya dari pagi sampai malam
hari. Dan dengan manajemen dan pembukuan yang baik, usaha warteg adalah
salah satu jenis bisnis yang sangat menggiurkan.
Namun demikian dibalik manis gurihnya bisnis warteg, kita mesti mengetahui bahwa persaingan di bisnis kuliner saat ini tengah mengalami masa-masa yang sulit. Hal ini erat kaitannya dengan kualitas perekonomian masyarakat Indonesia yang di akhir tahun 2017 ini mengalami penurunan daya beli yang cukup drastis. Sehingga bisnis kuliner seperti usaha warteg perlu memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan agar tetap eksis dan tidak mengalami kebangkrutan.
Saya pernah mendengar cerita para pemilik usaha warung nasi padang yang merupakan pesaing utama bisnis warteg, mereka mengeluhkan semakin sepinya pelanggan di akhir tahun 2017 ini. Semoga saja para pebisnis warteg dan yang lain sudah menyiapkan jurus jitu agar bisnis di bidang kuliner yang mereka geluti tetap bertahan meski daya beli masayarakat menurun. Dengan berkaca pada artikel dibalik manis gurihnya bisnis warteg ini, apakah Anda tertarik
untuk mendirikan usaha warteg? Sudah siapkah jika uang mengalir dari usaha warteg yang Anda kelola? Namun, sudah siap jugakah Anda untuk menerima resiko dari bisnis warteg ini?
warteg hanya murah meriah
BalasHapusHahaha...yang penting kenyang. Apalagi di saat kondisi ekonomi yang lesu sekarang ini.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMoga business akan baik pada masa hadapan.
BalasHapusAamiin. Terima kasih sudah singgah di blog saya.
Hapuskeren artikenya gan
BalasHapusTerima kasih sobat.
Hapus