Antara Gojek dan Masalah Pengangguran Di Indonesia

21.31
Salam sukses dan mulia!. Sobat sekalian yang selalu bersyukur dan berbahagia. Bekerja merupakan aktifitas mulia manusia sebagai wujud kepedulian dan kasih sayang kepada anggota keluarga yang dipimpinnya. Dengan bekerja orang akan merasa bahwa ia telah menjadi makhluk yang berguna karena bisa tetap berkarya untuk keberlangsungan hidup keluarga.

Kalau dirunut lebih dalam, menurut amanat UUD 1945, pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja merupakan hal yang menjadi tanggung jawab negara untuk memastikan bahwa ketiga hal tersebut bisa didapatkan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Baik yang tinggal di wilayah perkotaan maupun di pedesaan. Intinya semua warga negara menghendaki kesejahteraan yang bisa mereka rasakan sampai ke pelosok desa maupun wilayah terpencil lainnya.

Lapangan kerja seringkali menjadi "janji politik" calon pemimpin, baik calon presiden maupun calon kepala daerah yang didengung-dengungkan selama masa kampanye. Hal semacam ini menjadi "jurus maut" untuk dapat meraih suara terbanyak saat pemilu maupun pilkada. Namun, apakah janji-janji tersebut benar-benar sudah terwujud? Hanya Sobatlah yang bisa menjawabnya.

SEBUAH LAPANGAN KERJA BERNAMA GOJEK
Kehadiran perusahaan transportasi online atau daring menjadi tetesan air yang turun di wilayah padang pasir. Sehingga mampu mengurangi "kehausan" bagi ratusan ribu orang yang membutuhkan pekerjaan. Sobat lihat betapa luar biasa banyaknya jumlah pengemudi transportasi online seperti Gojek, Grab, Uber, dan yang lainnya.

Saya berterima kasih kepada para startup di bidang transportasi online, karena atas jasa merekalah ratusan ribu orang bisa memperoleh pekerjaan yang halal dan berkah. Dan hati saya kadang miris, terbesit sebuah pertanyaan, bukankah penyediaan lapangan kerja ini adalah tanggung jawab pemerintah?

Jadi, meskipun kehadiran Gojek dan kawan-kawan masih sering memunculkan "gesekan kecil" dengan moda transportasi lainnya, saya merasakan bahwa membludaknya para pengemudi Gojek dan lain-lain adalah sebuah nyanyian wong cilik. Dan tembang yang mereka nyanyikan adalah:"Kami butuh kerja, kami butuh makan. Keadilan manakah yang bisa membuat kami sejahtera?".

Antara Gojek dan Masalah Pengangguran Di Indonesia
Previous
Next Post »

4 komentar

  1. Kalau menurut saya, ojek online hanya salah satu dari perubahan kesempatan kerja yang ada saja. Dulu orang kerja jadi tukang ojek dan sopir taksi, sekarang ikut ojek online atau versi mobilnya. Dulu mbak² lulusan SMA jadi pramuniaga Matahari, sekarang jualan sendiri di tokopedia. Jaman koboi dulu ada pekerjaan juru ketik di semua perusahaan, sekarang adanya programmer. Salah satu pensiunan yang saya kenal cerita, pertama kali dapat kerja kantoran adalah sebagai operator mesin foto kopi di sebuah perusahaan keuangan, pas pensiun jadi staf database. Dulu pekerjaan teller di bank bergengsi, sekarang bank-bank mulai membuka digital lounge yang cuma dijaga satu officer. Kemana Mbak² teller? Bisa jadi call center karena sekarang orang sedikit-sedikit chat atau telpon ke call center. Lapangan pekerjaan nggak pernah hilang, cuma berganti. Jadi memang betul kalau harusnya semua anak SMP sekarang diberi pelajaran dasar² Basic dan SMA belajar Visual Basic. Nggak usah ribet belajar soal kuantum, integral, atau derivasinya teori relativitas karena nggak banyak dipakai dan kalau perlu masih bisa dikejar di kuliah. Kembali soal gojek, ketika transportasi umum semakin canggih dan terintegrasi, mulai umum dipakai mobil tanpa sopir, siapa tahu akan muncul pekerjaan baru lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuup...betul perubahan itu akan selalu ada. Justru sekarang yang menjadi pertanyaan: dimana peran negara dlm hal penyediaan lapangan kerja. Padahal secara sistem, pendanaan, dan sdm negara sdh siap. Lagi-lagi peran swasta lebih dominan...

      Hapus
  2. terobosan anak negeri yang memecahkan masalah, mantap dah buat inovasi anak muda indoensia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya yg sedang berkuasa "belajar" dari inovasi semacam ini.

      Hapus