Sampah Elektronik - Masa Depan Suram Kesehatan Manusia

10.39
Salam sukses dan mulia!. Sobat netizen sekalian, kebutuhan manusia akan peralatan elektronik semakin tahun semakin besar. Jutaaan produk elektronik baru setiap tahun siap untuk dipasarkan ke seluruh penjuru dunia. Ada kebiasaan baru "generasi milenial" terhadap barang elektronik miliknya yang kebetulan mengalami kerusakan, yakni langsung menggantinya dengan barang elektronik baru yang mudah untuk didapatkan.

Pilihan mengganti barang elektronik yang rusak dengan produk baru tentu bukan tanpa alasan. Selain biaya service yang sangat mahal, saat ini jarang sekali perusahaan yang memproduksi barang elektronik tersebut mau menyediakan layanan purna jual yang memuaskan. Seringkali konsumen dibuat bingung sendiri saat barang elektronik yang mereka beli mengalami kerusakan.

DUNIA DIBUAT SIBUK DENGAN KEHADIRAN PULUHAN JUTA TON SAMPAH ELEKTRONIK SETIAP TAHUNNYA
Seperti dilansir melalui liputan6.com dan detik.com, jumlah akumulasi sampah elektronik di dunia diprediksi sudah mencapai sekitar 50 juta ton setiap tahunnya. Negara-negara di Asia merupakan negara penyumbang terbesar sampah-sampah elektronik. Terutama untuk sampah elektronik yang berasal dari produk smartphone bekas.

Sampah elektronik merupakan jenis sampah yang tidak bisa didaur ulang. Pengolahan sampah elektronik yang tidak benar akan memberikan dampak negatif yang serius bagi kesehatan manusia. Berbagai peralatan elektronik ini mengandung berbagai jenis logam dan bahan kimia aktif yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.

SAMPAH ELEKTRONIK SUDAH MULAI AKTIF MENCEMARI LINGKUNGAN
Dari hasil penelitian para ahli menyebutkan bahwa penanganan sampah elektronik telah mencemari lingkungan, terutama pada kualitas udara dan tanah yang sudah terkontaminasi zat-zat berbahaya. Sampah elektronik juga sudah merembes ke dalam tubuh ikan yang ikut tercemar akibat zat-zat kimia yang terbawa sampai ke laut.

Adanya temuan kandungan timbal dalam darah manusia tentu menjadi hal penting yang harus mendapatkan perhatian serius di seluruh dunia. Belum lagi efek buruk radiasi gelombang elektromagnetik yang sudah sangat mengganggu kesehatan manusia sebelum barang elektronik tersebut menjadi sampah. Artinya saat digunakan sudah membahayakan kesehatan, dan saat menjadi sampah pun masih menimbulkan pencemaran lingkungan.

Sampah, apapun bentuknya mesti ditangani dan diolah dengan baik. Pengetahuan dan teknologi pengolahan sampah baik yang elektronik maupun non elektronik wajib diprioritaskan sebagai agenda utama para pemimpin dunia.

Jika tidak, saya yakin 100% bahwa masalah sampah, terutama sampah elektronik akan menjadi beban berat bagi generasi yang akan datang. Bisakah kita bayangkan sebuah zaman dimana kita melintasi ratusan kota di dunia dan yang terlihat di sepanjang jalan adalah tumpukan sampah?

Sampah Elektronik, Gambar: liputan6.com
Previous
Next Post »

10 komentar

  1. waduhhh mungkin sampah sampah itu masih bisa digunakan, kalau dibiarkan begitu saja bisa mencemari lingkungan yang tidak baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup...mesti didaur ulang atau diolah dengan baik dan hati-hati.

      Hapus
  2. lemparin ke tempat saya 10 monitor mas hehe
    iya sampah elektronik dengan balutan plastik yang sulit terurai dalam tanah membuat pemerintah makin gencar memberikan penerangan kepada masyarakat.

    Benar juga sampah itu kalau tidak segera ditangani maka imbasnya bisa turun ke anak cucu kita nanti, miris melihat sampah yang begitu banyaknya.

    Bisa mengakibatkan seseorang menjadi sakit karena sampah, sudah terbukti banyak di lapangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monitor bodol itu Sobat. Dan itu juga gambarnya doang. Hehehe...

      Hapus
  3. Semestinya mulai dicari cara ya buat memanfaatkan atau diolah sebaik mungkin sampah elektronik seperti itu ... jadi peranti yg berguna atau pernak-pernik unik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Bang Himawan. Sampah harus diurusi dengan benar.

      Hapus
  4. Mudah2 dimasa akan datang ada tempat pembuangan sampah diplanet Pluto...sehingga Bumi bisa selamat. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkwk...nganterin sampahnya sangat berbahaya itu.

      Hapus
  5. Paragraf nomer dua tuh bener banget: biaya servis mahal ...
    Dan karena produsen barang elektronik ingin untung, mereka tidak menyediakan stok sparepart banyak. Kalau sudah "tidak trend", ya sudah habis sparepartnya.
    (Itulah sebabnya laptop saya yang umurnya sudah 8 tahun dan baterainya sudah tidak berfungsi, ya sudah tidak bisa ganti baterai baru karena sudah tidak diproduksi. Untung laptop memang cuma nongkrong di rumah, jadi kalau dipakai ya pasti dicolok.)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Sobat Dyah, laptop saya juga maunya dicolok terus.

      Hapus