Motivasi - Hidup Bagai Sepiring Tempe, Karena Tak Ada Yang Tahu

17.16
Salam sukses dan mulia! Sobat blogger dan rekan netizen sekalian, tempe maupun tahu merupakan makanan populer di Indonesia. Di setiap rumah makan, warteg, warung pecel lele, selalu menyediakan menu makanan yang memilki kandungan protein tinggi ini.

Apalagi jika tahu maupun tempe ini disandingkan dengan sambel pedas khas berbagai daerah yang ada di seluruh penjuru Nusantara, makin mantap tentunya cita rasa kedua makanan ini. Onde Mande! Jadi kangen masakan emak nih...hehehehe. Kebetulan saya juga doyan banget nih makan tahu / tempe yang dicolek pada adonan sambel.

Ada cerita menarik dibalik gurihnya tempe dan tahu. Di beberapa media sosial ada sebuah motto yang melibatkan dua makanan "mewah" ini. Saya begitu tertarik dan tak bisa menahan tawa "menggelitik" dalam hati saat melihat tulisan berikut ini : "Kehidupan itu bagai sepiring tempe, tidak ada satupun yang tahu". Gambar yang ditampilkan adalah sepiring tempe yang sudah digoreng dan siap disajikan.


Motto "Hidup bagai sepiring tempe" ini meskipun terdengar lucu, tetapi lebih sering digunakan sebagai kalimat status yang dipublish di media sosial sebagai ungkapan yang didalamnya mengandung unsur kesedihan. Bahwa yang bersangkutan ingin menyampaikan keadaan "tidak baik" yang sedang terjadi, namun disampaikan dengan bahasa yang sangat halus, menyentuh, membuat trenyuh, sekaligus mengundang tawa yang menggelitik.

Fillosofi unik yang terkandung dalam motto "Hidup bagai sepiring tempe" memberikan pesan dan nasihat bijak yang bisa menjadi pedoman apik dalam mengarungi samudera kehidupan, yang penuh dengan "kerikil-kerikil", ataupun "lubang-lubang hitam" yang dengan sangat terpaksa tidak bisa kita hindari.

Pertama, motto ini mengandung pelajaran berharga. Bahwa dalam kehidupan ini ada "rahasia besar" yang selayaknya kita gali, terus dicari, meskipun itu tak bisa dilihat dengan "indera fisik", tapi bisa kita temukan pada hati dan pikiran yang jernih. Kemudian yang kedua, adalah bahwa apapun keadaan sedih, susah, maupun payah sudah sepatutnya kita rahasiakan keberadaannya.

Jangan sampai ada orang lain yang tahu bahwa kesuksesan yang ingin kita raih, harus melewati "pahit-getirnya" proses yang tak mudah. Nanti, setelah keindahan itu mulai terlihat, barulah kita bagikan "rahasia" ampuh untuk menggapai kesuksesan tersebut.


Biarlah orang lain tak perlu dibuat "repot" dengan kesusahan yang kita rasakan. Toh pada kenyataannya orang lain, ataupun saudara kita sama-sama memiliki banyak masalah yang harus mereka atasi. Kita mesti tegar, sabar, dan ikhlas. Janganlah menambah beban pikiran kepada orang-orang yang kita cintai. Biarlah orang lain merasa yakin, bahwa dalam sepiring TEMPE, memang tak pernah ada TAHU di dalamnya. Semoga bermanfaat dan salam olahraga!

Gambar: chefdwi.blogspot.com
Previous
Next Post »

10 komentar

  1. Itu sebabnya jangan pernah menyerah menggapai mimpi. Karena hidup itu bagai sepiring tempe, tidak ada yang tahu.

    BalasHapus
  2. kita nggak tahu takdir kita maka teruslah berusaha dan berdoa bang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Bang Abd Kadir Rusdi. Berdoa dan berusaha untuk hidup yang lebih sukses dan mulia.

      Hapus
  3. Dalam kesedihan kita tidak perlu ada yang tahu. Cukup kita saja yang tahu yang lain cukup tau kebahagiannya saja.

    Terutama kepada orang tua kita, cukup diam seperti teme yang di potong.

    Bicara soal cita rasa tempe seperti gambar postingan ini. Lauk wajib di kampung dan di kosan.

    Jodoh tempe itu tahu dan semakin indah kisah cinta mereka ketika sambal datang untuk memberi kenikmatan kepada tempe dan tahu.

    mak...nyussss...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap!. Tempe dan tahu makanan legendaris Nusantara.

      Hapus
  4. Semangat ✊ makasih motivasi nya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, terima kasih atas kunjungannya mba Sandra Hamidah. Semoga sukses dan gembira selalu.

      Hapus
  5. Aku juga setuju dengan prinsip 'biarlah diri kita sendiri yang tahu yang kita rasakan' 👍

    Karena aku pernah punya pengalaman ngga mengenakkan gara2 pernah curhat dengan seseorang ..., setelah itu suatu hari curhatanku jadi senjata oleh dia nyerang balik mojokin aku.

    Setelah itu, aku jera.
    Tak mau lagi cerita hal pribadi tentang kesusahanku ke orang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Bang. Kalaupun mau cerita harus dengan bahasa samaran. Seolah-olah bukan kita yg sedang mengalaminya.

      Hapus