Kisah Ibu Yang Memberi Makan Berupa Tanah Untuk Anaknya

16.24
Kisah hidup menyedihkan seorang ibu
 Gambar: arrahmahnews.com

Sebut saja namanya Ibu Latif, seorang ibu yang telah sukses membesarkan beberapa anaknya yang kini sudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak dan sedikit banyak telah menolong perekonomian keluarga yang sempat terpuruk karena penghasilan sang ayah yang serba pas-pasan. Kini Ibu Latif berharap agar semua anak-anak yang ia sayangi tetap diberi perlindungan dan kemudahan oleh Allah swt, agar anaknya kelak mendapatkan pendamping hidup yang baik akhlaknya, bertanggung jawab terhadap keluarga, dan dapat menjunjung keadilan di tengah-tengah keluarga yang memiliki beragam karakter dan kebiasaan.

Suatu kesempatan saat sedang ada acara keluarga, dimana aku dan keluarga besarku berkumpul bersama untuk menghadiri acara tahlilan di rumah saudaraku, aku diberi kesempatan untuk dapat berbincang-bincang dengan salah satu tetangga sepupuku si Ibu Latif tersebut dengan suara agak rendah agar tidak terdengar oleh anggota keluargaku yang lain. Kami berbicara mengenai banyak hal, dari mulai masakan yang bumbunya kurang sedap, anak kecil yang sering berperilaku lucu, sampai akhirnya Ibu Latif dengan mata yang berkaca-kaca menceritakan satu pengalaman hidup yang tak mudah terlupakan.

Ia bercerita tentang puncak kepahitan hidup yang pernah ia alami 15 tahun yang silam saat anak-anaknya masih kecil. Ibu Latif menceritakan bahwa pada saat itu penghasilan suaminya perbulan adalah sebesar 700 ribu rupiah. Dengan penghasilan sejumlah itu, sebesar 400 ribu rupiah habis untuk membayar kontrakan per bulan. Dan sisa 300 ribu adalah sangat kurang untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, apalagi waktu itu anak-anaknya masih kecil dan sangat bergantung pada kedua orang tuanya.

Pada suatu hari, ketiga anak-anaknya merengek-rengek dan mengatakan: "Ibu...kami lapar, adek pengen makan nasi Ibu," pinta anak-anaknya sambil memegang perut mereka yang tampak terasa sedikit perih karena memang kemarin sore mereka tidak makan karena memang sudah tidak ada lagi makanan yang tersedia di rumah. Pagi itu Ibu Latif benar-benar bingung dan merasakan sakit yang begitu perih. Ia pun berinisiatif untuk mengambil beberapa genggam tanah yang berada di samping kamar kontrakan tanpa sepengetahuan anak-anaknya. Ibu Latif menaruh dengan rapi tanah yang masih sedikit basah tersebut ke dalam beberapa piring untuk anak-anaknya. Sambil berdoa kepada Allah, "Bismillahirrahmaanirraahiim...Yaa Allah jadikanlah tanah ini terlihat seperti nasi dimata anak-anaku, terasa seperti nasi dilidah anak-anak yang kusayangi". Ibu Latif terus-menerus berdoa, dan sesekali air matanya menetes melewati kedua pipinya.

Anak-anaknya pun ia persilahkan untuk makan, dan tak lupa ia memerintahkan anak-anak untuk berdoa sebelum makan dan bersyukur atas karunia Allah swt atas rizki berupa makanan. Ibu Latif saat itu sebenarnya ingin sekali menangis, tetapi ia tahan agar anak-anaknya bisa segera menyantap hidangan kali ini. Alhamdulillah, meski dengan batin yang terkoyak, Ibu Latif lega anak-anaknya melahap sampai habis hidangan makanan kali ini. Sungguh suatu keajaiban, tak satupun anak-anaknya yang menyadari bahwa yang mereka makan itu adalah tanah.

[Ditulis berdasarkan cerita pengalaman nyata, nama dan tempat disamarkan]
Previous
Next Post »
0 Komentar