Sejarah Adalah Milik Manusia

23.50
Sejarah adalah milik manusia
Sejarah adalah milik manusia.

Sebagai makhluk yang memilki akal pikiran yang luas manusia dapat menelusuri jejak-jejak masa lalu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari manusia itu sendiri. Dari sejarah manusia dapat menemukan semacam benang merah yang dapat dijadikan pedoman hidup, atau akan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat suatu keputusan, tindakan, undang-undang, dan lain sebagainya. Sejarah dewasa ini menjadi hal yang penting untuk dipelajari karena didalamnya manusia akan banyak menemukan inspirasi, rahasia kehidupan, rahasia alam, dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.

Namun sayang sekali, sejarah kadangkala didokumentasikan secara tidak jujur dalam catatan-catatan, buku-buku, atau karya-karya video seperti kartun dan film yang akhirnya mengaburkan peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Ini dilakukan bukan lagi oleh sekelompok orang saja, namun sudah menjurus pada dominasi suatu negara akan sejarah dunia. Padahal apabila sejarah ditulis dengan berusaha mendekati azas kebenaran, maka perjalanan manusia untuk menemukan jatidiri, pencarian manusia akan makna kebahagiaan sejati akan lebih cepat didapatkan.

Oleh karena itu, mulai dari sekarang penulis ataupun seseorang yang berprofesi sebagai peneliti sejarah mesti bertindak jujur, adil, sesuai fakta, dan tidak melakukan penelitian sejarah hanya untuk melanggenggkan kepentingan sekelompok orang atau negara. Terus terang saya merasa terkejut, ketika membaca sebuah buku tentang sejarah dunia, namun didalamnya tidak tercantum sejarah negara Indonesia yang seharusnya tercantum. Padahal seharusnya, sejarah tentang Indonesia yakni hari kemerdekaan Indonesia sudah diakui dan layak untuk dimasukkan dalam buku sejarah tersebut. Muncul pertanyaan dalam benak saya, kenapa sejarah yang sejatinya sudah diakui banyak negara tetapi negara yang bersangkutan tega menisbikan sejarah penting tersebut? Ada misi apa dengan tak ditulisnya sejarah suatu negara? Hemm...silahkan Anda renungkan.
Previous
Next Post »
0 Komentar